Menulis dan Self Healing Untuk Saya
Tahun 2022 ini merupakan tahun di mana banyak harapan besar untuk saya pribadi. Saya tidak berharap hal yang muluk-muluk terjadi. Saya hanya berharap pada hal yang realistis saja untuk hidup ini. Bahagia walau belum memiliki keturunan dan bahagia dengan menulis.
Alhamdulillah saya dipertemukan dengan Kelas Literasi Ibu Penulis atau yang disingkat dengan KLIP, dimana merupakan komunitas perempuan hebat yang berusaha untuk mendisiplinkan waktu mereka untuk menulis.
Sebenarnya dari tahun 2021 saya mendaftar KLIP namun terpaksa gugur karena hanya beberapa kali setor tulisan rutin. Akhirnya di tahun 2022 ini saya memantapkan diri untuk bergabung kembali dengan tekad yang membara. Apalagi kalau bukan untuk menaklukan tantangan menulis selama 365 hari.
Tentu saja aturan di KLIP tidak seketat itu, harus menulis selama 365 hari. Minimal sebulan ada 10 artikel yang harus kita posting, di media apapun yang kita miliki. Saya rasa dengan minimal 10 artikel Insha Allah bisa ditaklukan, apalagi ini tahun ketiga saya menjadi seorang blogger. Rasanya malu pada diri sendiri kalau belum bisa disiplin menulis juga sampai saat ini.
Bersyukur di bulan Januari 2022 saya berhasil menuntaskan tugas menulis dan menulis sebanyak 25 artikel. Artinya ada 6 hari saya membolos. Semoga saja saya tetap semangat menulis sampai akhir Desember 2022, aamiin.
Menulis dan Self Healing
Dulu saya menganggap menulis merupakan sebuah bakat dan juga hobi. Ternyata anggapan saya salah besar. Bahwa menulis itu bisa dipelajari asal kita disiplin dan mau berlatih. Berlatih menulis untuk perempuan itu mudah menurut saya. Lho kok mudah? Hal ini dikarenakan menurut studi, perempuan mengeluarkan 20.000 kata per hari. Jadi alangkah lebih baik daripada berbicara sebanyak 20.000 kata, lebih baik dituangkan ke dalam sebuah tulisan. Siapa tahu saja tulisan tersebut dibaca dan dicari oleh jutaan manusia di bumi ini karena manfaatnya.
Lalu apa hubungannya menulis dengan self healing? Self healing sendiri memiliki pengertian suatu proses penyembuhan yang dilakukan oleh seseorang akibat luka batin yang pernah mereka alami. Luka batin tidak selamanya spesifik namun kita juga dapat melakukan self healing terhadap permasalahan hidup yang dialami.
Setiap manusia pasti punya masalah dalam hidupnya, tak terkecuali dengan saya. Rasanya kurang elok jika saya harus mengeluh setiap hari dengan setiap masalah yang dihadapi. Mengapa tidak saya tuangkan saja dengan menulis setiap masalah yang mungkin sedang dihadapi? Ibaratnya curhat gitu, namun tidak ke orang lain melainkan dituangkan ke dalam tulisan. Jadi saya bisa sedikit terobati dengan menulis apabila sedang menghadapi sebuah permasalahan hidup.
Curhat dengan menulis ternyata bisa melegakan hati saya. Tentu saja curhat ke dalam tulisan tidak serta merta jujur apa adanya. Curhat mengenai teman kerja yang menyebalkan tidak serta merta saya tulis nama yang bersangkutan. Saya bisa menggunakan sudut pandang orang ketiga tanpa harus merugikan orang lain.
Rangkuman Materi Kelas Persiapan KLIP
1. Pemateri Ibu Septi Peni Wulandani
Pada tanggal 2 Februari 2022 melalui Zoom, KLIP mengadakan webinar Kelas Persiapan dengan tema "Perempuan Berdaya Dari Rumah Untuk Dunia". Sedihnya saya tidak bisa mengikuti secara langsung materi yang dibawakan oleh Ibu Septi Peni Wulandani melalui Zoom. Namun KLIP memberikan rekaman video materi tersebut melalui channel YouTubenya yang bisa disaksikan oleh seluruh anggota maupun masyarakat umum.
Ibu Septi banyak memberikan sharing bahwa perempuan dengan kodratnya sebagai istri dan juga ibu juga bisa kok berkarya dari rumah. Perempuan bisa berdaya, salah satunya dengan menulis. Menulis dari hati akan membawa kebahagiaan tersendiri bagi penulisnya dan juga orang-orang yang membaca tulisan kita.
Perempuan berdaya menurut Ibu Septi Peni Wulandani yang memiliki 3 hal berikut:
- Mampu memahami potensi dirinya
- Mampu membawa dan menghadapi perubahan
- Mampu berdaulat penuh atas dirinya
2. Pemateri Ibu Shanty Dewi Arifin
Ibu Shanty Dewi Arifin merupakan salah seorang founder KLIP yang juga blogger. ini akan memberikan materi mengenai tema Free Writing. Dari materi yang dipaparkan oleh Ibu Shanty, saya merasa banyak sekali diingatkan bahwa menulis bukanlah beban dan jangan dijadikan beban. Kalau memang berniat untuk menulis maka menulislah bagai air mengalir walau di tengah kesibukan kalian.
Pada tanggal 4 Februari 2022, Ibu Shanty Dewi Arifin berkesempatan untuk memberikan materi mengenai free writing. Ada beberapa prinsip dasar free writing berdasarkan pemaparan Ibu Shanty yang akan saya ulas menurut pemahaman saya pribadi, antara lain:
- Menulis dengan 15 menitan setiap hari
Setiap orang pasti bisa mengukur kemampuan diri masing-masing. Ada yang bisa menulis selama berjam-jam setiap harinya. Namun ada juga yang menulis 10 menit sudah merasa bosan dan jenuh. Tidak ada yang salah dengan metode seperti itu. Setiap orang akan menemukan polanya masing-masing.
Untuk pemula, kalian bisa menulis hanya 15 menit saja per hari. Rutinkan kebiasaan tersebut, menulis selama 15 menit setiap hari. Jika sudah rutin dan terbiasa maka bisa jadi kalian akan merasa ada yang kurang apabila sehari saja tidak menulis.
- Menulis dengan cepat
Menulis dengan cepat bagi saya menghilangkan beban dalam melakukan kegiatan tersebut. Menulis apa yang kalian pikirkan saat ini tentang suatu peristiwa maka akan mejadikan tulisanmu mengalir dan cepat terselesaikan.
Untuk melakukan editing, saya rasa bisa kalian lakukan setelah menyelesaikan tulisan cepat itu. Intinya jangan terlalu pusing bagaimana mengedit suatu tulisan, Menulislah terlebih dahulu dengan hati agar lebih puas ketika membaca hasil tulisanmu.
- Tidak dibaca orang lain
Saya pernah merasa sangat tidak percaya diri manakala mencoba menampilkan tulisan saya untuk dibaca orang lain. Rasanya tulisan saya belum pantas untuk dibaca orang lain. Mungkin kalian pernah merasakan hal yang sama dengan saya. Pernah saya merasa ingin berhenti menulis karena kualitas tulisan yang tak kunjung berkembang.
Akhirnya pernah pada suatu titik saya memantapkan diri berkata dalam hati, "tulisan saya tidak untuk dibaca orang lain, melainkan untuk kepuasan batin". Tapi hidup tentu tidak stagnan. Suatu ketika pasti kita ingin tulisan yang sudah dihasilkan dibaca orang lain. Selain untuk eksistensi, juga agar tulisan kita bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan.
- Menulislah tanpa aturan
Sebaiknya memang menulis itu perlu aturan seperti EYD yang benar, kalimat dengan bahasa baku dan berbagai aturan lainnya. Namun jika kita terpaku pada hal-hal itu maka bisa jadi kegiatan menulis tidak akan terealisasi. Aturan-aturan dalam kepenulisan itu penting dan wajib namun bagi mereka yang sudah malang melintang di dunia kepenulisan.
Sementara kita yang baru berlatih mendisiplinkan diri menulis, maka cobalah mulai sekarang menulis tanpa aturan. Lepaskan aturan baku menulis dan tulis apa saja yang ada dalam pikiran kita.
Posting Komentar untuk "Menulis dan Self Healing Untuk Saya"